Didunia ekstroper Saat ini. Manusia dituntun untuk Berbicara, Beretrorika, Berdialektika, menyampaikan Pendapat, Memberikan Argumentasi dan Solusi dalam Setiap Permasalahan Agar terbentuk tatanan kehidupan Masyrakat, Beragama, Berbangsa dan Bernegara yang lebih Baik.
Diam adalah emas. Sekirahnya ungkapan itu masih relevan sampai saat ini dan mungkin seterusnya. Hanya saja, konteks defenisinya dalam Mispersepsi masyarakat berbeda dengan Momentum Pengaplikasian Ungkapan tersebut.
Masyarakat, lebih memahami diam itu sebagai wujud kebijaksanaan, Kewibawaan dan Keharusan seseorang agar dapat menempatkan diri diposisi Strategis masyarakat. Inilah Problematika yang harus direview kembali dalam bentuk pemikiran dan pengimplementasian.
Diam, Tidak Akan Mampu meletakan seseorang diposisi Strategis masyarakat Seperti Menaruh kepercayaan lebih, Memberikan Amanah tertentu, dipandang lebih baik. Sedangkan seseeorang yang bijaksana dan berwibawapun mempertahankan Eksetensinya dengan cara berbicara. tentu dengan sikon, situasi dan kondisi yang tepat.
Berbicara itu nilainya lebih drastis tinggi dari pada diam. Berbicara didepan forum, Non forum, Face to Face dengan baik, Memastikan yang disampaikan bermanfaat, selalu bertanya, memberikan informasi dan berbicara dapat menjadi teknik bersosialisasi, teknik mendekatkan diri terhadap seseorang dalam membangun silaturahmi dan networking.
Selain itu, Berbicara dapat menuntun seseorang untuk berfikir logis, mecari ilmu baru, mendapatkan informasi terupdate, mengikuti perkembangan demi perkembangan untuk menyampaikan setelahnya maupun dimomen tertentu.
Bukankah, berbicara itu baik. berbicara itu permata, yang lebih berharga dari pada emas. Melalui berbicaralah seseorang dapat menasehati orang lain, Bersosialisasi, Bersilaturahmi, memberikan solusi, berbagi ilmu maka berbicaralah agar engkau diperhitungkan.
‘’Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia mengatakan yang baik atau hendaklah diam” (Hr. Bukhari).

No comments:
Post a Comment