“Diam
adalah cara terbaik ketika bicara tak mampu memapa eksistensi diri”
Sepenggal kalimat
sederhana diatas yang penulis share kemedia sosial “facebook” berawal dari keresahan pribadi ketika cemooh dalam
diskusi non formal mewarnai kegurauan terlalu dan berlarut. Melawan dengan
cemeeh berarti sama rendahnya. tidak melawan, jangan fokus mendengarkannya. disitulah
acuh tak acuh, diam. menemukan momentum terbaiknya. Karena nalurinya manusia
akan tersinggung sendiri dengan cemoohnya yang diabaikan.
Namun sering sekali
manusia yang hari-harinya mencemooh, merasa lebih dari yang lain, pandai
retorika untuk kepentingannya melewati batas-batas nalurinya. dalam artian
ketika cemoohnya sudah melukai orang lain dia tetap melanjutkan cemoohnya
kembali meskipun nalurinya sudah berdering memberikan peringatan. Inilah yang
disebut filsuf yunani, Aristoteles. Kebiasaan buruk yang
diulang-ulang. tidak hari ini, besok, lusa, dengan dan atau bukan dengan orang
yang sama. cemooh sudah pasti menjadi tabiatnya yang tidak mengiriskan lagi menurutnya.
Yang lebih menariknya. Menurut
ahli Psikologi, Dr. Ichsan Novic. Phd.
Tidak mendengar dan memasukan segala sesuatu kedalam batin seperti Hinaan,
guraan dan cemooh mampu melapangkan dada
seorang dari segala beban hidup serta mampu memapa eksistensi diri dalam proses
intropeksi diri.
Itu dari sisi baiknya.
Disisi baliknya, buruk. Orang yang tidak pandai menjaga diri, dari cemooh orang
lain, menyimpannya berarut sampai membentuk gejolak yang dalam, tentu akan
melahirkan konflik, dendam dan pertentangan yang akhirnya menikung dikemudian
hari. Itu sebabnya mengapa seseorang tidak fress
apabila dendamnya tidak terealisasikan sesuai kehendaknya.
Kembali ke “Diam adalah cara terbaik ketika bicara tak
mampu memapa eksistensi diri”
Dalam suatu kesempatan.
Penulis pernah mendengar dan mengingat satu kalimat sampai sekarang, dari Mario Teguh disalahsatu stasiun televisi
yang selalu disinggahinya mengatakan “jangan
dengarkan apa yang mereka katakan tentangmu tapi dengar dan katakanlah pada
dirimu, kebaikan apa yang mampu kau berikan untuknya”
Super bukan. Memberikan
kebaikan kepada orang yang mencemooh dengan menanyakan kediri pribadi. Apa yang
mampu kita berikan, maka berikanlah. Walaupun sekedar diam tanpa melawan tapi
berdoa baik untuknya akan lebih baik dan tuhan pasti mengangkat derjat diam
kita ketingkat yang lebih tinggi yang berarti memapa eksistensi diri, baik
didepan-Nya maupun didepan sesama manusia.
Sederhana saja ketika
kita dicemooh tapi tidak melawan, diam. orang lain yang menyaksikannya akan
lebih bersimpati kediri kita walaupun orang yang mencemoohnya lebih mengkagumkan
dari pada kita. Itu sudah menjadi hukum alam dan janji tuhan untuk mengangkat
derjat orang yang dicemooh.
Lantas
bagaimana jika orang lain tidak menyaksikannya?
Lebih sederhana lagi.
kita punya tuhan yang selalu menyaksikan dan sebaik-baiknya penjelas
kemakhluknya.

No comments:
Post a Comment