2015/09/09

Teknologi tanpa Henti




Melihat kemajuan teknologi tanpa henti dan terus berkembang tanpa akhir, rasanya gamang untuk dikatakan. Mulai dari teknologi transportasi, elektronik, robotik, alat rumah tangga, olahraga, struktur perkotaan, wahana dan sebagainya tidak berakselerasi dengan pertumbuhan, perkembangan hubungan manusia dengan tuhan.

Kalau dulu sejarah mengenal Imam Ghazali, Ibnu Sina, ibnu Batunta, Ibnu Qayim, Al-Faribi dan seterusnya dengan keterbatasan zamannya tapi mampu membangun hubungan yang menakjubkan dengan ilahi. sesuai dengan karya-karya yang ditinggalkannya, prilakunya yang menjadi suritauladan, tabiatnya yang produktif, kekuatan ingatan dan hafalannya yang luar biasa tidak berbanding lurus dengan kemudahan-kemudahan manusia diera Globalisasi ini.

Sekarang. sulit menemukan manusia yang ilmunya melebihi atau sebanding dengan ulama salaf terdahulu. Padahal teknologi, ilmu kedokteran, ilmu ekonomi, ilmu tata surya sangat memukau. Apapun yang diinginkan sangat mudah dicari. Hadist-Hadist bertebaran diinternet tinggal menyesuaikan lagi dengan kitab-kitab hadist yang terpercaya, begitu juga dengan doa, cara menghafal cepat maupun bertemu dengan ulama disebrangan sana. hanya hitungan jam manusia bisa menghampirinya dibelahan dunia manapun.

Tidak dengan masa ulama salaf dulu yang berjalan kaki ratusan kilometer demi mencari satu hadist, satu guru, suatu tempat bahkan ada yang dalam perjalanannya mencari ilmu meminum air urinnya sendiri karna kehausan, memakan dedaunan karna kelaparan yang akhir dari harapan dan tindakannya hanya untuk mendekatkan diri kepada sang Khalid.

Bila dicermati. Ada distorsi hubungan manusia dengan tuhan. Serta kecondongan menyilaukan diri dengan teknologi namun teknologi tidaklah diharamkan. selama memberikan manfaat terhadap sesama, selama itulah teknologi dianjurkan.
Yang menjadi kejanggalannya. Teknologi semakin berkemajuan semakin sulit mencari, menemukan pakar ibadah yang lebih atau setidaknya sejajar dengan manusia yang menghadpi keterbatasan teknologi dizaman dulu. Mala, pakar ibadah semakin berkurang dan luntur.

Perlulah. merekonsilasi kembali pemikiran, menginstal pemahaman serta mengkaji persamaan ilmu ibadah dan umum yang seyongyanya berintregasi satu sama lain. yang pada akhirnya menemui keyakinan bahwa ilmu, apabila sampai pada tingkatannya akan dipertemukan dengan kekuasaan ilahi.

Tidak gampang memang. Butuh proses dan bendungan kuat dari niat buruk kekuatan kiri untuk merokstruksi kembali Pemikiran, sikap, tabiat, ilmu dan ibadah agar sampai ketitik kemulian manusia-manusia dulu dan yang akan lahir dimasa mendatang.

No comments:

Post a Comment