2015/10/07

Frankenstein




Frankenstein adalah sebuah makhluk yang ciptakan oleh seorang ilmuan modern. menyerupai manusia. Dapat berbicara, berjalan layaknya manusia yang sesungguhnya. namun seiring waktu berjalan. Diluar dugaan, Frankenstein yang seharusnya membantu pekerjaan, keinginan penciptanya mala membunuh penciptaannya. Itulah yang diceritakan oleh seorang penulis bernama Mary Sheley didalam novelnya.

Akhir-akhir ini kita terus merasakan hidup dalam ketidakpercayaan. Kita tidak percaya sesama kita bahkan kitapun tidak percaya dengan pemimpin kita. Siapa yang menjadi pemimpin, memenangkan kompetisi politik. baik diharapkan, maunpun tidak, sama saja. tidak ada yang istimewa, mala lebih buruk dari sebelumnya. Itulah yang kita tangkap dan rasakan.

Seperti itulah realita pasca reformasi. Transisi demokrasi, harapan. Tidak jua menuai kesejahteraan dan kemakmuran yang sejatinya. Sampai-sampai ditruk, angkutan umum. terdapat gambar  pemimpin orde baru, soeharto yang bertuliskan opo kabare, enak to zamanku doloe. Itu bukanlah sekedar sindiran ataupun pemanis kata. Itu adalah tanda harapan yang musnah, tanda rakyat yang menginginkan kesejahteraan namun para pemimpin semakin bobrok. Sama saja, bahkan semakin buruk dari sebelumnya.

Gamang dikatakan. Jika pemimpin Indonesia pasca reformasi bagaikan Frankenstein. Diciptakan oleh rakyat. Lahir oleh rakyat dan dipilih oleh rakyat. Istilah marketing demokrasinya. Dari rakyat untuk rakyat. benarkah seperti itu?

Namun realita yang berlangsung,  mood public semakin rendah dan luntur terhadap pemimpinnya. Bagaikan Frankestein. Pemimpin yang berasal dan diciptakan dari rakyat mala membunuh harapan dan cita-cita rakyat itu sendiri.

Bahkan membunuh harapan dan cita-cita itu lebih sadis dari pada meregangkan sebuah nyawa yang dilakukan oleh Frankenstein terhadap penciptanya.

Sadis, ketika harapan reformasi tidak kita rasakan sepenuhnya. Kebebasan yang kita impikan, kebobrokan yang ditunanaikan. kesejahteraan yang diinginkan, ketidakpercayaan yang dirasakan. Kedikdayaan bangsa yang ditargetkan, kepongahan pemimpin yang terbentang.

Bahasa kasarnya. Kebebasan sudah melampui batas. Baik itu kebebasan media, berideologi, bertingkahlaku. Sangat bebas bahkan korupsipun bebas dilakukan berjemaah.

Kesejahteraan?  yang miskin semakin miskin yang kaya semakin kaya. kelaparan, kesenjangan sosial semakin menyeruak. Tidak hanya diperbatasan, pendesaan, perkotaan tapi menyeluruh kesegala penjuru geografi negeri.

Kedikdayaan? Semuanya dijual dan dikelola asing. Baik itu tambang, perkebunan, industri, diserakan. tinggalkan bangsa yang mendaptakan percikan dengan dalil, kita kekurangan SDM serta tekonologi untuk mengelolanya.

Kebijikan pemimpinpun tidak dirasakan universal oleh masyarakat. hanya segelintir orang dan golongan yang menuainya. Adapun sedikit namun tidak tepat sasaran.

Itulah gambar sederhana bangsa dan pemimpin kita. Dikatakan ataupun tidak, kita sudah tau, merasakan. Pemimpin kita hari ini layaknya Frankenstein yang membunuh penciptanya bahkan lebih sadis karna membunuh, menyakiti melalui harapan dan cita-cita yang bertolak belakang. Lebih buruk dari sebelumnya.

No comments:

Post a Comment