Frankenstein adalah sebuah makhluk
yang ciptakan oleh seorang ilmuan modern. menyerupai manusia. Dapat berbicara,
berjalan layaknya manusia yang sesungguhnya. namun seiring waktu berjalan.
Diluar dugaan, Frankenstein yang
seharusnya membantu pekerjaan, keinginan penciptanya mala membunuh
penciptaannya. Itulah yang diceritakan oleh seorang penulis bernama Mary Sheley didalam novelnya.
Akhir-akhir
ini kita terus merasakan hidup dalam ketidakpercayaan. Kita tidak percaya
sesama kita bahkan kitapun tidak percaya dengan pemimpin kita. Siapa yang
menjadi pemimpin, memenangkan kompetisi politik. baik diharapkan, maunpun
tidak, sama saja. tidak ada yang istimewa, mala lebih buruk dari sebelumnya.
Itulah yang kita tangkap dan rasakan.
Seperti
itulah realita pasca reformasi. Transisi demokrasi, harapan. Tidak jua menuai
kesejahteraan dan kemakmuran yang sejatinya. Sampai-sampai ditruk, angkutan
umum. terdapat gambar pemimpin orde
baru, soeharto yang bertuliskan opo
kabare, enak to zamanku doloe. Itu bukanlah sekedar sindiran ataupun
pemanis kata. Itu adalah tanda harapan yang musnah, tanda rakyat yang
menginginkan kesejahteraan namun para pemimpin semakin bobrok. Sama saja,
bahkan semakin buruk dari sebelumnya.
Gamang
dikatakan. Jika pemimpin Indonesia pasca reformasi bagaikan Frankenstein. Diciptakan oleh rakyat.
Lahir oleh rakyat dan dipilih oleh rakyat. Istilah marketing demokrasinya. Dari
rakyat untuk rakyat. benarkah seperti itu?
Namun
realita yang berlangsung, mood public semakin rendah dan luntur
terhadap pemimpinnya. Bagaikan Frankestein.
Pemimpin yang berasal dan diciptakan dari rakyat mala membunuh harapan dan
cita-cita rakyat itu sendiri.
Bahkan
membunuh harapan dan cita-cita itu lebih sadis dari pada meregangkan sebuah
nyawa yang dilakukan oleh Frankenstein
terhadap penciptanya.
Sadis,
ketika harapan reformasi tidak kita rasakan sepenuhnya. Kebebasan yang kita
impikan, kebobrokan yang ditunanaikan. kesejahteraan yang diinginkan,
ketidakpercayaan yang dirasakan. Kedikdayaan bangsa yang ditargetkan,
kepongahan pemimpin yang terbentang.
Bahasa
kasarnya. Kebebasan sudah melampui batas. Baik itu kebebasan media,
berideologi, bertingkahlaku. Sangat bebas bahkan korupsipun bebas dilakukan
berjemaah.
Kesejahteraan?
yang miskin semakin miskin yang kaya
semakin kaya. kelaparan, kesenjangan sosial semakin menyeruak. Tidak hanya
diperbatasan, pendesaan, perkotaan tapi menyeluruh kesegala penjuru geografi
negeri.
Kedikdayaan?
Semuanya dijual dan dikelola asing. Baik itu tambang, perkebunan, industri,
diserakan. tinggalkan bangsa yang mendaptakan percikan dengan dalil, kita
kekurangan SDM serta tekonologi untuk mengelolanya.
Kebijikan
pemimpinpun tidak dirasakan universal oleh masyarakat. hanya segelintir orang
dan golongan yang menuainya. Adapun sedikit namun tidak tepat sasaran.
Itulah
gambar sederhana bangsa dan pemimpin kita. Dikatakan ataupun tidak, kita sudah
tau, merasakan. Pemimpin kita hari ini layaknya Frankenstein yang membunuh penciptanya bahkan lebih sadis karna
membunuh, menyakiti melalui harapan dan cita-cita yang bertolak belakang. Lebih
buruk dari sebelumnya.

No comments:
Post a Comment