2015/10/12

Menerima takdir



Frank Slazak seorang guru di Amerika Serikat yang mengikuti kompetisi yang diselengarakan NASA. 43 ribu orang menjadi kotenstannya dan Frank Slazak menggugurkan lawan-lawannya. Memasuki babak final Frank Slazak gugur dalam artian tidak berhak terbang sebagai Astronot keluar Angkasa.

Hatinya sedih, jiwahnya terenyuh. Bagaimana tidak. tes demi tes telah dilewatinya. dia belajar siang malam, tidak mengenal lelah dalam persiapan menguasai tes demi tes yang sangat sulit.

Tepat 28 januari 1986. Frank Slazak menyaksikan penerbangan NASA bersama Kontestan yang lulus seleksi. Tak kuasa, air matanya menetes,  ia bersedih. Kenapa bukan ia yang berangkat. 73 detik kemudian. Dadanya berdetak. Pesawat Challenger yang membawa Astronot dan pemenang kontestan meledak diangkasa. Semuanya tewas, hancur berkeping-keping. Singkat cerita, Frank Slazak baru memahami takdir itu apa.

Barang kali kisah nyata Frank Slazak dapat memaknai hidup kita agar lebih menerima setiap takdir yang ditetapkan. Lapang dada terhadap keputusan yang diberlakukan pada diri kita. tidak peduli menyesakkan atau tidak. karna bisa jadi apa yang kita tidak sukai, baik itu kita. Atau sebaliknya apa yang kita sukai ternyata amat tidak baik untuk diri kita.

Jangan sampai keinginan, harapan kita yang tidak menjadi kenyataan membuat kita merasa terpuruk, tuhan tidak adil, usah kita sia-sia, doa tidak diijabah. Jangan, jangan sampai kita mengutuk diri kita karna tuhan tidak memberikan apa yang kita inginkan. Kitalah yang tidak memberikan ibadah yang terbaik untuk tuhan tapi tuhan selalu memberikan yang terbaik untuk makhluk-makhluknya.

Terimahlah. Jangan sampai membuat kita terhenti dan tidak berarti. Filsuf yunani, Heraklitos mengatakan Panta rei. Hidup ini bergerak dan semuanya harus bergerak seperti air yang mengalir, menerima setiap rintangan dan tantangan tapi ia tetap terus mengalir sampai kemuara sungai yang menandakan kerendahan hati.

Seperti itu juga hidup. menerima setiap takdir yang ditetapkan berarti berproses dalam membangun kerendahan hati. daun yang jatuh tidak pernah membeci angin. Darwis tere liye seorang novelis melanjutkan, semuanya sudah tertuliskan sama sepertinya daun yang jatuh tidak pernah membenci angin. dia membiarkan dirinya jatuh tidak melawan. Mengikhlaskan semuanya. penerimaan yang indah bahwa hidup harus menerima.

Sederhana, bermakna. Karna apapun. dicurangi, dikalahkan, tidak feer dalam kompetisi dan sebagainya. semuanya telah tertuliskan. Terimahlah jika ikhtiar sudah dilakukan tapi tetap seperti itu. itulah takdir terbaik yang tuhan tetapkan untuk diri kita.

No comments:

Post a Comment