2015/12/07

“Semakin dominan investasi asing maka semakin besar potensi konflik sosial, poitik dan korporasi.






“Semakin dominan investasi asing maka semakin besar potensi konflik sosial, poitik dan korporasi. Semakin dominan investasi asing maka semakin rapuhlah kewibawaan suatu Negara”
Mungkin keresahan itulah yang dirasakan Empuh sedah ratusan tahun yang lalu, Seorang ahli nujum dari kerajaan Daha. melihat orang dari negeri asing yang bercongkel dinegerinya yang semakin hari semakin besar pengaruh asing membuatnya semakin miris. Perdagangan, pelabuhan, pertanian, perkebunan, tambang  berangusur-angsur dikuasai orang asing sehingga kedaulatanpun menjadi milik mereka. Kaum pribumi diperas tenaganya, para pemimpin negeri diadu domba. Seperti itulah yang diramal dan dirasakan oleh Empuh sedah ketika kolonialisme menghampiri negeri ini. namun sepertinya ramalan empuh sedah belum berakhir sampai sekarang meskipun kemerdekaan sudah diploklamirkan.
Ada apa dengan negeri ini, apakah tidak ingin berkaca dan belajar dengan masa lalunya. Apakah orang dinegeri ini lebih bodoh dari seekor hewan yang bernama khemar. Hewan yang disebut-sebut namanya dalam Al-Quraan tidak pernah mengulang kesalahanya. Itu terlihat saat khemar terpeleset, jatuh disuatu tempat maka ia akan berhati-hati bahkan tidak mau melewati tempat yang mendebamkan tubuhnya. namun apa yang terjadi dengan negeri ini yang selalu mengulang-ulang kesalahannya dan tidak mau belajar dari sejarah.

Tidak jauh berbeda dengan dulu. Negeri ini masih dijajah. Kedaulatannya terancam, rakyatnya menjerit, pemimpinnya saling menyalahkan sedangkan para pengusaha dan penguasa asing bersorakria atas kemenangannya. Bagaimana tidak, hampir seluruh sumber daya alam dan perekonomian dikelolanya. Tinggal percikan yang diperebutkan oleh penguasa negeri ini seperti khasus Freport yang sedang hangat saat ini.
“Semakin dominan investasi asing maka semakin besar potensi konflik sosial, poitik dan korporasi. Semakin dominan investasi asing maka semakin rapuhlah kewibawaan suatu Negara”.

Itulah sebabnya konflik sosial, politik dinegeri ini tidak ada henti-hentinya karna dominasi investasi asing dinegeri ini semakin luas maka keributan antar elit politik, etnis, penjabat publik semakin rumit dan gusar. Dan itu jua lah sebabnya semakin dominan asing maka semakin menggigil lah pemimpin negeri ini mengelola kekayaan Alam negeri ini dari campur tangan asing. tidak ada seperti Founding Father kita, Soekarno.

Dulu seokarno mencabut uu Penanaman modal (uu 78/58 PMA), Menasionalisasi perusahaan asing dan menarik keanggotaan Indonesia dari IMF karna ia merasa bahwa negeri ini terlalu rugi, bodoh jika kekayaan negeri dikelola asing. tidak lama setelah itu, tepatnya 5 minggu setelah Soekarno mencabut uu tersebut malang melintang, soekarnopun dilengserkan. Sama seperti  Reza Pehlevi yang menentang Amerika lalu maut menjemputnya. Ntah kenapa sebab sebenarnya. Presiden amerika serikat pada saat itu, Lyndon Johnson tertawaria karna tidak lama kemudian amerika (Freeport) berhasil mendapatkan Grasberg (Gunung Emas dipapau) dengan syarat yang sangat memuasakan yaitu : Investasi Freport dilindungi, Indonesia harus menerima iklim Investasi dan Tanpa bagi hasil Indonesia hanya mendapatkan royalti sekedarnya saja.

Dalam buku Economic swetchan karya Bradly R simpson mengatakan bahwa pada saat itulah titik awal Ekonomi Indonesia dikuasai asing. tidak behenti disitu saja Bradly R simpson juga menjelaskan bahwa Lengsernya Soekarno adalah campur tangan amerika dan ini diamani Jhon Pearket, Michel Hacksent serta pemimpin dunia saat itu. minimal ada tiga cara amerika dalam memuluskan keinginannya; pertama Susupi, Suap dan Sediakan perempuan. Jika tidak berhasil maka pelengseran dan pembunuhan yang akan dilakukan.

Terlepas dari itu. terbuktilah pernyataan Bradly R simpson bahwa setelah Soekarno lengser dan Freeport menguasai Grasberg (Gunung Emas dipapua) Perusahaan asing banyak bercongkak dinegeri ini  sebut saja Caltex, MRO, Royal Dutch Shell plc, TNT N. V, Sime Darby, Petronas, PT Bank Internasional Indonesia Tbk, PT Newmont Minahasa Raya, Proton, PT Newmont Nusa Tenggara (NNT). British Petroleum, Sony, Samsung, Siemens, Adidas, Carrefour, Toyota, Komerindo Utama, Internasional Nickle Indonesia, Conoco Phillips Indonesia, The Coca-Cola Company, Nestle dan lain.

“Semakin dominan investasi asing maka semakin besar potensi konflik sosial, poitik dan korporasi. Semakin dominan investasi asing maka semakin rapuhlah kewibawaan suatu Negara”

No comments:

Post a Comment