“Semakin
dominan investasi asing maka semakin besar potensi konflik sosial, poitik dan
korporasi. Semakin dominan investasi asing maka semakin rapuhlah kewibawaan
suatu Negara”
Mungkin keresahan
itulah yang dirasakan Empuh sedah
ratusan tahun yang lalu, Seorang ahli
nujum dari kerajaan Daha. melihat
orang dari negeri asing yang bercongkel dinegerinya yang semakin hari semakin
besar pengaruh asing membuatnya semakin miris. Perdagangan, pelabuhan,
pertanian, perkebunan, tambang berangusur-angsur
dikuasai orang asing sehingga kedaulatanpun menjadi milik mereka. Kaum pribumi
diperas tenaganya, para pemimpin negeri diadu domba. Seperti itulah yang
diramal dan dirasakan oleh Empuh sedah
ketika kolonialisme menghampiri negeri ini. namun sepertinya ramalan empuh sedah belum berakhir sampai
sekarang meskipun kemerdekaan sudah diploklamirkan.
Ada apa dengan negeri
ini, apakah tidak ingin berkaca dan belajar dengan masa lalunya. Apakah orang
dinegeri ini lebih bodoh dari seekor hewan yang bernama khemar. Hewan yang disebut-sebut namanya dalam Al-Quraan tidak pernah mengulang kesalahanya. Itu terlihat saat khemar terpeleset, jatuh disuatu tempat
maka ia akan berhati-hati bahkan tidak mau melewati tempat yang mendebamkan
tubuhnya. namun apa yang terjadi dengan negeri ini yang selalu mengulang-ulang
kesalahannya dan tidak mau belajar dari sejarah.
Tidak jauh berbeda
dengan dulu. Negeri ini masih dijajah. Kedaulatannya terancam, rakyatnya
menjerit, pemimpinnya saling menyalahkan sedangkan para pengusaha dan penguasa
asing bersorakria atas kemenangannya. Bagaimana tidak, hampir seluruh sumber
daya alam dan perekonomian dikelolanya. Tinggal percikan yang diperebutkan oleh
penguasa negeri ini seperti khasus Freport yang sedang hangat saat ini.
“Semakin
dominan investasi asing maka semakin besar potensi konflik sosial, poitik dan
korporasi. Semakin dominan investasi asing maka semakin rapuhlah kewibawaan
suatu Negara”.
Itulah sebabnya konflik
sosial, politik dinegeri ini tidak ada henti-hentinya karna dominasi investasi
asing dinegeri ini semakin luas maka keributan antar elit politik, etnis,
penjabat publik semakin rumit dan gusar. Dan itu jua lah sebabnya semakin
dominan asing maka semakin menggigil lah pemimpin negeri ini mengelola kekayaan
Alam negeri ini dari campur tangan asing. tidak ada seperti Founding Father kita, Soekarno.
Dulu seokarno mencabut
uu Penanaman modal (uu 78/58 PMA), Menasionalisasi perusahaan asing dan menarik
keanggotaan Indonesia dari IMF karna ia merasa bahwa negeri ini terlalu rugi,
bodoh jika kekayaan negeri dikelola asing. tidak lama setelah itu, tepatnya 5
minggu setelah Soekarno mencabut uu
tersebut malang melintang, soekarnopun dilengserkan. Sama seperti Reza
Pehlevi yang menentang Amerika lalu maut menjemputnya. Ntah kenapa sebab
sebenarnya. Presiden amerika serikat pada saat itu, Lyndon Johnson tertawaria karna tidak lama kemudian amerika (Freeport) berhasil mendapatkan Grasberg (Gunung Emas dipapau) dengan
syarat yang sangat memuasakan yaitu : Investasi Freport dilindungi, Indonesia
harus menerima iklim Investasi dan Tanpa bagi hasil Indonesia hanya mendapatkan
royalti sekedarnya saja.
Dalam buku Economic swetchan karya Bradly R simpson mengatakan bahwa pada
saat itulah titik awal Ekonomi Indonesia dikuasai asing. tidak behenti disitu
saja Bradly R simpson juga
menjelaskan bahwa Lengsernya Soekarno adalah campur tangan amerika dan ini
diamani Jhon Pearket, Michel Hacksent
serta pemimpin dunia saat itu. minimal ada tiga cara amerika dalam memuluskan
keinginannya; pertama Susupi, Suap dan Sediakan perempuan. Jika tidak berhasil
maka pelengseran dan pembunuhan yang akan dilakukan.
Terlepas
dari itu. terbuktilah pernyataan Bradly R
simpson bahwa setelah Soekarno lengser
dan Freeport menguasai Grasberg (Gunung Emas dipapua) Perusahaan
asing banyak bercongkak dinegeri ini
sebut saja Caltex, MRO, Royal Dutch Shell plc, TNT N. V, Sime Darby, Petronas, PT Bank
Internasional Indonesia Tbk, PT Newmont Minahasa Raya, Proton, PT Newmont Nusa
Tenggara (NNT). British Petroleum, Sony, Samsung, Siemens, Adidas,
Carrefour, Toyota, Komerindo Utama, Internasional Nickle Indonesia, Conoco
Phillips Indonesia, The Coca-Cola Company, Nestle dan lain.
“Semakin
dominan investasi asing maka semakin besar potensi konflik sosial, poitik dan
korporasi. Semakin dominan investasi asing maka semakin rapuhlah kewibawaan
suatu Negara”

No comments:
Post a Comment