2016/01/10

Kopi, Air tebu dan Manusia




“Kita tidak bisa menyamakan kopi dengan air tebu. Sesempurna apapun kopi yang kamu buat, kopi tetap kopi, punya sisi pahit yang tak mungkin kamu sembunyikan. Dewi Lestari”

Dalam kehidupan, manusia juga memiliki sisi pahit yaitu kesalahan. tidak ada yang luput dari sisi ini, ada-ada saja kesempatan sehingga sisi tersebut selalu menghampiri. Pekat tidaknya, besar tidaknya sisi itu terbentuk, relative. Tergantung dampak dan kesalahan yang dilakukan. itulah sisi pahit dari prilaku manusia.

ia tidak akan mampu disembunyikan, dibungkus, disimpan agar orang lain tidak mengetahuinya. Tidak akan pernah bisa. Kesalahan tetaplah kesalahan, ia tidak akan pernah bisa disembunyikan, diubah. Tetaplah dikenang, diketahui seperti menyeruput kopi dan air tebu didalam gelas yang disampul. Pasti terasa, tau mana yang kopi mana yang air tebu.

Sisi lain dari manusia adalah kebaikannya. Sama persis dengan sisi yang satunya, kebaikan tetaplah dikenang meski sekecil apapun kebaikan itu dilakukan. tetapkan terdesis walaupun disembunyikan, tidak ingin orang lain yang tau. Itu sebuah kemustahilan. Selalu ada cara yang mengungkapkannya seperti dalam biografi orang-orang baik. Kebaikannya tidak diketahui ketika masa hidupnya tapi ketika ia dilianglahat, biografinya dibaca, ada-ada saja kebaikan yang terungkap yang dilakukan semasa hidupnya yang tidak diungkap.

Beranjak kembali kesisi kesalahan. meskipun sukar menutup kesalahan, dikenang orang lain namun kesalahan ini mampu dihilangkan sakitnya, rasanya dengan kebaikan-kebaikan yang dilakukan. ketulusan yang diresapi, pengorbanan yang ditunjukan. Tidak mudah memang. Seiring upaya yang dilakukan, waktu yang berputar rasa dari kesalahan itu pasti menyusut. Berkurang bahkan tidak terasa.

Lalu, bagaimana dengan bekasnya? 

Itulah salahsatu bukti bahwa kesalahan itu dikenang, tidak mampu disembunyikan apalagi mencoba untuk menghapusnya. Namun bekas tidaklah sesakit dulu karna ia sudah ditambal dengan kebaikan-kebaikan, ketulusan dan pengorbanan.

Dilain sisi. Kebaikkan sangat rentang. berapa banyak orang pernah melakukan sekali kesalahan, sedikit kesalahan tapi mampu mengubur beribu-ribu, berjuta-juta kebaikan yang dulu dilakukan. inilah yang disebut pepatah akibat nila setitik rusak susu sebelangga. Lebih mirisnya. Sebelum kebaikan yang dulu dilakukan ternyata pernah melakukan kesalahan yang teramat. lalu kembali melakukan kesalahan sesudah luka itu ditambal, berbekas. Maka luka itu semakin sakit, terkelupas, tertumpuk, bertambah meskipun tidak sebanding dengan kebaikan yang telah dilakukan. Itu sebabnya banyak orang yang mengungkit kesalahan-kesalahan masa lampau karna kesalahan kecil hari ini.

Percumalah kopi yang dibuat sempurna atau air tebu yang digiling sempurna tapi disisipi sari patih kopi yang pahit dan atau kopi yang memang sudah pahit dibuat-buat manis dengan ketidaktulusan. Mengharapkan pujian terhadap penikmatnya tapi kita lupa bahwa manusia punya perasaan. Tau mana yang sungguh-sungguh dan tidak.

maka banggalah kita kepada Buya Hamka dalam sebuah tulisan Biografi Founding Father yang berjudul "Soekarno-Hamka ketika air tuba dibalas dengan air susu".

Meskipun buya hamka dipenjara dua tahun empat bulan oleh surat keputusan yang dibuat Ir.Soekarno tapi dia tidak pernah membenci. Itu terbukti ketika soekarno lengser. Ia mencari, risau dengan keadaan soekarno bahkan ketika soekarno wafat buya hamka bersedia menjadi Imamnya"

"Bila aku mati kelak, minta kesediaan Hamka untuk menjadi imam shalat jenazahku.” (Ir, Soekarno).

No comments:

Post a Comment