2016/03/04

Mawar Putih



lihatlah, Mawar Putih itu sudah pudar
tangkainya rapuh, daunnya layu,bunganya kering karna percikan air mata
taukah kau itu, melati putih yang kusiram penuh cinta.
pudar sebelum waktunya.

Kumbang mana yang tak merengek kesakitan.
Menyaksikan bunga impiannya bergugurun
Hanya karna Mawar Putih tidak ingin disebut sebagai pemberi harapan.


Lebih menyakitkan lagi, Mawar Putih menyemai benih-benih keindahannya.
Tangkainya yang dulu molek, berjejer indah didunia maya.
Daunnya yang lembut, manis dan memesona terlihat mengagumkan.
Serta bunganya bagaikan sejuta Mawar ditaman raja. Indah, anggun dan menakjubkan.


Tak terbilang lagi makam yang kugali, kubuka lalu kugali lagi untuk menguburkan hati ini keliang lahat terdalam.
Terkubur sedalam dan selama-lamanya.
Tidak ada yang tau juga kau.
Tidak ada yang merasakan juga kau.
Tidak ada, tidak ada yang tau dan merasakannya selain kumbang yang menggali makamnya sendiri.


Sebodoh itukah aku.
Atau semunafik itukah kau.


Bila kau ingin rapuh, rapuhlah jangan kau tinggalkan tangkai indahmu disudut kamar andoridku.
Bila kau ingin layu, layulah jangan kau tinggalkan kelembutanmu dijalanan.
Bila kau ingin kering, keringkanlah segala sesuatu yang berbau keanggunanmu yang tak dapat tercium lelaki jalang.


Dan bila itu sudah terjadi, pudarlah.
Biarkan aku nyaman didalam makamku.
Mejeritpun aku, tidak akan ada seorangpun yang tau.

No comments:

Post a Comment